Rabu, 02 September 2015

Doktrin Organisasi Mahasiswa

ospek merupakan ladang subur bagi para aktifis organisasi mahasiswa baik mereka yang aktif dalam organisasi ekstra kampus dan intra kampus. Para aktifis ini biasanya memasukan nilai-nilai keorganisasianya pada para mahasiswa baru yang kemudian di arahkan untuk mengikuti jejak para seniornya terjun dalam keorganisasian.
sangat bagus ketika para mahasiswa baru dibimbing dan diarahkan untuk menjadi mahasiswa aktifis, bukan menjadi mahasiswa yang hedonis atau romantis, namun sekarang ini cukup sulit untuk di bedakan antara mahasiswa aktifis dan mahasiswa romantis karena dalam mahasiswa aktifis secara mayoritas prilaku romantis sangat dominan. terlihat dari para senior yang mendekati para mabanya untuk di jadikan pacar dan masuk dalam organisasinya.
terdengar dari beberapa obrolan senior-senior organisasi yang ada di kantin dan beberapa tempat nongkrong bahkan dalam bas camp mereka, obrolanya adalah mana mahasiswa baru yang cantik, bukan obrolan bagaimana mengarahkan maba dengan agenda-agenda agar mereka bisa berfikir kritis terhadap kondisi diri, lingkungan dan negaranya. sehingga di harapkan mereka akan mengetahui, bisa memilah dan memilih mana yang baik bagi kepentingan bersama.
disisi lain ajakan untuk mengikuti organisasinya dengan embel-embel “jika kalian ingin menjadi sukses dalam perkuliahan maka ikutilah organisasi ini, karena kita yang memiliki kampus ini dengan masa yang paling besar”. Para maba yang tidak mengetahui bagaiman kegiatan keorganisasian dalam dunia kampus yang dipenuhi dengan kepentingan para senior untuk medapatkan kedudukan diwilayah politis. pejabat kampus menduduki BEM dan seterusnya sampai pada tataran HMJ. Karena ketika mereka bisa menduduki jabatan tersebut maka dengan mudah untuk mendapatkan proyek dan proyek-proyek korupsi yang lainya.
doktrin-doktrin lain dari para senior organisasi yang berkuasa adalah kalian akan sulit dalam perkuliahan ketika tidak mengikuti organisasi ini. memang mereka yang memiliki kuantitas paling besar dalam kampus tapi apakah kuantitas mereka sebanding dengan kualitas mereka???.
realitas yang menjawab, kemarin dalam pemilihan BEM saja terdapat keributan yang hampir satu bulan tidak selesai, pertarungan dua partai mahsiswa yang di motori dari dua organisasi ekstra kampus yang saling berebut jabatan.
kemudian dalam kenaikan spp dan biaya registrasi masuknya mahasiswa baru tidak ada organisasi mahasiswa yang menyikapi dan menentang kebijakan yang tidak memihak pada mahasiswa tersebut hanya terdapat satu organisasi itupun dari subnya bukan dari pusatnya. justru mereka malah sibuk dengan perebutan kekuasaan tersebut.
dari sinilah bagi para organisasi yang ingin menguasai kampus maka harus memiliki masa yang besar untuk kemengan dan untuk mendapatkan kemenagan maka segala cara dilakukan. Maka dengan itu para maba dimasukan dalam oraganisasi kemudian dibuatkan pelatihan dan setelah mereka resmi menjadi anggota maka akan menjadi alat yang paling tajam untuk menusuk mendapatkan kursi jabatan dalam kampus.
setelah pelatihan dan resi mendaptkan jabatan dalam kampus maka mereka yang menjadi anggota akan ditelantarkan tidak ada bimbingan hanya agenda-agenda formalitas saja.

Ini semua dari pengalaman saya, dan cerita ini belum selesai, masih banyak yang ingin saya ceritakan, nantinya...

Afriyadi M